it’s difficult to hold your hand

Lan tahu ada yang tidak beres dengannya ketika untuk pertama kalinya gadis itu menggenggam tangan Yue.

Anak perempuan, usianya tahun ini limabelas, pipinya bersemu kemerahan dengan surai kecokelatan yang nampak selaras dengan bentuk mukanya, bahkan cekungan kecil di kedua sisi pipinya terlihat jelas ketika ia meretaskan sesimpul senyum; dan jika ia boleh jujur—ia teringat masa-masa ketika ia baru saja menempati rumah barunya di Fire Nation Capital. Lan yang dulu masih teramat kecil sehingga matanya hanya menatap malu pada para tetangga yang menyambut keluarganya, begitu pula pada Yue.

Pemuda itu yang dulu membantunya agar mendapatkan teman-teman baru, mengajarkannya cara menikmati subuh dan senja, serta bakat pengendalian api yang hanya ia tunjukkan pada keluarganya—ia tunjukkan juga pada Yue. Lan tidak berani memperlihatkannya pada orang lain, sebab jika ia memaksakan diri, api tidak akan keluar dari gerakan tangannya, dan ia tidak suka ditertawakan karena kegagalan itu.

Yue, Yue, Yue.

Anak kedua dari seorang pemimpin Yuyan Archers. Tubuhnya tinggi, Lan bisa bilang bahwa ia hebat—dan, tampan. Pantaslah bila banyak perempuan menyukai Yue. Belakangan ini, ia bisa mendengar beberapa teman-temannya membicarakan pemuda itu di gang dekat rumah, atau di kedai teh, atau bahkan tepat di depan mukanya; dan yang bisa Lan lakukan hanyalah menghela nafas tanpa berkomentar apapun.

Tapi, kali ini, Lan tahu ada yang tidak beres dengannya ketika untuk pertama kalinya gadis itu menggenggam tangan Yue. Tepat ketika senja baru saja berakhir dan petang meraja di sekitar, baju seragamnya kusut karena seharian ia berada di sekolah.

“Yue,”

Ragu sejenak, urung melanjutkan.

“Jangan lepaskan tangan Lan sebelum sampai di rumah, ya.”

 
0
Kudos
 
0
Kudos

Now read this

we’re all trying to forget someone

Saya melihatmu dari kejauhan, melalui bingkai jendela yang terbuka sepertigaduanya saja. Sama seperti matamu, yang hanya membuka sepertigaduanya. Tidak pernah lebih, dan tidak pernah kurang. Bahkan saat kamu tertidur di balik meja... Continue →