but you deserve the universe and i’m just a star

Awalnya mereka hanya bertemu di kedai sederhana di tepian Cheongdam-dong. Si lelaki, seperti biasa, meneguk secangkir cokelat panas pekat, sementara si perempuan memesan teh earl grey hangat. Dan keduanya juga sama-sama memesan keik vanilla. Keduanya punya standar yang sama untuk cemilan sore mereka.

Keik vanilla yang baik adalah yang dilapisi krim tipis dan empuk saat dikunyah. Lalu meninggalkan manis yang menggoda setelah ditelan dan sisa kayu manis yang bisa dinukil di ujung lidah.

Si lelaki biasanya melanjutkan membaca diktat astronomi yang dibawanya setelah mengikuti kuliah siang, dan menghabiskan sore hari sebelum akhirnya mendatangi kelas malam untuk praktik bersama teleskop. Si perempuan akan sibuk memijit nama-nama di ponsel, maupun memandangi laptop yang menampilkan desain baju trend zaman ini.

Selalu seperti itu. Di kedai sederhana.

Kemudian setelah setengah jam menelisik penghitungan bintang, maka lelaki itu akan mengangkat kepalanya dan mengajak bicara si perempuan. Saat itu, si perempuan sudah selesai mengirim lima ratus email yang sama—mempromosikan baju-baju di internet dan kliennya—ke sembarang nama yang bahkan tak pernah ia kenang.

Awalnya mereka tawar-menawar soal dagangan si perempuan yang berakhir dengan si lelaki tak pernah membeli satu pun barang yang dijajakan. Namun selalu seperti itu, hingga akhirnya si perempuan mengajak si lelaki untuk menjadi model di toko onlinenya.

Kemudian mereka minta tambah. Si lelaki selalu memaksa membayar, kadang perempuan itu menolak, kadang menerima (barangkali ia sedang tidak punya banyak uang). Secangkir cokelat panas pekat, secangkir teh earl grey, dan dua piring keik vanilla dengan krim tipis dihidangkan kembali.

Si lelaki jatuh cinta kepada si perempuan sejak mereka pertama kali berpapasan. Pernah suatu ketika cangkir kopinya beradu pinggir dengan segelas teh hangat. Bibir kedua cawan itu bersinggungan, si lelaki terkadang berharap, bibir peminumnya juga.

Si perempuan tidak jatuh cinta kepada si lelaki. Dia hanya seorang pemilik toko online yang masih berkembang, yang senang mendapat seorang teman makan dan juga terkadang teman yang rela membayar. Saat kedua bibir gelas mereka bertemu, si perempuan tahu itu, dia tak sengaja menyenggol cangkir berisi tehnya ke lantai dan meminta cangkir baru.

Si lelaki tak pernah tahu. Dia hanya menyetia menunggu.

.

.

.

Pahit.

 
1
Kudos
 
1
Kudos

Now read this

it’s difficult to hold your hand

Lan tahu ada yang tidak beres dengannya ketika untuk pertama kalinya gadis itu menggenggam tangan Yue. Anak perempuan, usianya tahun ini limabelas, pipinya bersemu kemerahan dengan surai kecokelatan yang nampak selaras dengan bentuk... Continue →